Sabtu, 20 Maret 2010

kasih deh kesempatan ....

Ini cerita tentang ayam peliharaan kami, he..he.... Jadi, beberapa bulan yang lalu, pas kami buka kantin, ceritanya biar sisa makanan kantin ga' mubazir kebuang, mau dikasih ke hewan peliharaan aja (duhh, mulia sekali kan ... mujidiri.com). Akhirnya setelah "seleksi audisi" di pasar, terpilihlah ayam jago dan ayam betina kampung untuk tambahan penghuni rumah kami, di halaman belakang. Tapiii... loh..loh, udah beberapa hari kok yaa si jago ga' pulang-pulang ke halaman belakang, namun betina tetap pulang. Pas sholat subuh ke masjid, pak Boss (teman sejati saya yang paling guanteng ;)) melihat sang jago bertengger di atap teras tetangga.... walahh... piye toh yam..yam...??

Beberapa hari kemudian, sang betina mulai bertelor...., 1...2...3... 8....., yap, alhamdulillah.

"makasih na' (ayam betina maksudnya) , walaupun kita tidak tahu siapa yang "menghamilimu", tapi peliharalah darah dagingmu ituh, mereka tidak bersalah .... "
(he...he... nasehat yang bijak kan?)

Lah, setelah si telor udah menetas jadi anak-anak ayam, sang jantan yang saya tuduh sebagai ayah biologis anak-anak ayam ternyata tidak pulang-pulang juga. Dan dengan seenaknya kukuruyuk tiap hari di rumah tetangga, jadi ga enak pak Bos deh sama tetangga. Pernah mau di tangkap secara tradisional, yaitu pakai bawang yang sudah di kupas, didekatkan ke ayam menjelang malam hari (karena pada malam hari ayam memang tidak bisa menggunakan indera matanya), dengan harapan ayam mendekat sehingga sang ayam tidak menyadari akan di tangkap..... (kayak mision impossible deh klo di tambah musik.... he..he.., liat gaya pak bos mendekat ayam diam-diam....) , daannn.... misi dinyatakan gatot (gagal total), sang ayam tidak mendekat, malah kabur ..... :(


Sebelom ada aduan dari para tetangga tentang ulah sang jantan, untuk sementara, biarlah sang ayam berkeliaran dulu di rumah sekitar semoga suatu hari dia tersadar dengan tanggung jawabnya sebagai bapak dari anak-anaknya (jiah....) . Berhari-hari ditunggu, kesadaran itu blom muncul juga, akhirnya dikeluarkn wacana untuk menjual saja sang jantan ke pasar, lumayanlah.... daripada memiliki ayam tapi tidak memiliki .... (??) , namun saya berpendapat lain, mbo' yaa kasih kesempatan dulu sama jantan, sapa tau bisa insyaf.... yaa... kurung dulu deh beberapa hari, mungkin disana dia bisa "introspeksi" diri, insyaf mau pulang ke kandang. Alhamdulillah, pak Bos dan saya sepakat keluar "SK" (surat keputusan) untuk memberi kesempatan ayam bertubat dengan mengurungnya. Cara nangkapnya sekarang lebih simple, di pancing dengan beras dekat betina dan anak2, sementara kan si ayam jantan melihat dari jauh sambil kukuruyuk, "wuihh, lumayan nih, dapat makan gretong ..... " begitu kata si ayam kira-kira ...he...he (terjemahan ngasal yak ....). Pas mendekat, mau makan beras, pintu pagar langsung ditutup deh, sehingga ga' ada kesempatn si jantan kabur, langsung , HAPP!! TANGKAP! MASUKAN KE KANDANG!!...... dalam kandang sang jantan terus kukuruyuk.... mungkin di bilang "weee.... lepaskan!! lepaskan!! jangan perlakukan aku seperti ini!! aku ayam bebas!! ..."

Sampai hari ini, sudah hari ke 4 sang jantan kita kurung di kandang, tetap di kasih makan dan minum sih, namun kukuruyuk udah berkurang, ga' sesering seblomnya. Apa lagi, klo pas kita buka pintu belakang pagi udah terang, langsung deh kukuruyuk lagi, mungkin di bilang "woi... mana jatah makan gue....!!" halah.... dasar ayam

Itulah kisah ayam kami, kita aja ada rasa kasihan dengan ayam dan mau beri dia kesempatan untuk berubah lebih baik, apa lagi Allah yaa.... Ketika kita "berbelok arah" dari ketentuanNya, mungkin tanda Allah sayang kepada kita dengan cara di kasih "ujian" dulu nih. Menurut kita pada awalnya mungkin Allah marah pada kita, padahal, justru dengan ujian yang ada Allah ingin membuat kita lebih baik lagi, itulah tanda Allah memberi kita kesempatan untuk berubah. Tapii, klo dengan kesempatan yang ada tidak kiat manfaatkan sebaik mungkin, malah asyik menggerutu kepada nasib, kesal padaNya, bukan tidak mungkin , justru semakin parah jalan hidup kita. Makanya, berbaik-baiklah dengan sang Pemilik Jiwa raga ini, sang Pemilik Dunia dan seisinya, Insya Allah, tiada sesuatupun terjadi pada diri ini , kecuali pasti ada kebaikan didalamnya untuk diri kita.

Ahh... dari seekor ayampun , kami dapat memetik hikmah yang begitu banyak. Hebat yaa Allah, guru kami kali ini adalah seekor ayam. Kita lihat, besok besok lagi, siapa yaa guru kami dalam kehidupan ini?? bisa jadi seorang anak kecil, gelandangan di lampu merah , pejabat di kantor megah, anggota dewan, ........, tunggu aja deh!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar